Mahasiswa HKI Lihat ISS Dari Langit Jepara
Satelit alami adalah benda-benda luar angkasa bukan buatan manusia yang mengorbit pada planet atau benda lain yang lebih besar daripada dirinya (dikutip dari: id.wikipedia.org/wiki/satelit), seperti bulan merupakan satelit alami bumi. Satelit buatan yang mengelilingi bumi jumlahnya ribuan, ada yang bersifat komersil dan non komersil, sebagian masih aktiv dan sebagian lainnya telah mati sehingga menjadi sampah luar angkasa.
Gagasan tentang stasiun satelit luar angkasa sudah bermunculan diakhir abad XIX namun berujung dengan kegagalan. Lomba teknologi luar angkasa antara Amerika dan Uni Soviet (Rusia) pada masa perang dingin, membuat nama yang terakhir disebut tercatat sebagai peluncur pertama stasiun satelit buatan (Salyut 1) tahun 1971, kemudian disusul Amerika dengan Skylab tahun 1973. Setelah perang dingin usai barulah muncul proyek gabungan 16 negara (Amerika Serikat, Rusia, Jepang, Kanada, Belgia, Denmark, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swedia, Swiss, dan Britania Raya) menghasilkan International Space Station (ISS). Stasiun luar angkasa menjadi persinggahan astronot untuk menerapkan misi luar angkasanya.
Perakitan ISS dimulai dengan peluncuran modul kontrol Rusia Zarya pada 20 November 1998. Funktsionalno-gruzovoy blok (FGB) adalah modul pertama dari ISS yang diluncurkan. FGB menyediakan daya listrik, penyimpanan, penggerak, dan bimbingan ke ISS selama tahap awal perakitan. Dengan peluncuran dan perakitan di orbit modul lain dengan fungsi yang lebih khusus, Zarya sekarang terutama digunakan untuk penyimpanan, baik di dalam bagian bertekanan dan pada tangki bahan bakar eksternal yang terpasang. (dikutip dari: id.wikipedia.org/wiki/ISS). Pada pertengahan tahun 2000, modul buatan Rusia ditambahkan ke dalam komponen ISS. Setelah seluruh komponen diterbangkan ke orbit, pada 31 Oktober 2000, tiga orang kru terbang dengan pesawat ruang angkasa Soyuz. Sejak saat itu, ISS selalu dihuni oleh manusia dan menjadi ruang eksplorasi serta bentuk kerja sama berbagai negara di dunia (dikutip dari www.kompas.com/2-11-2019).
ISS sendiri merupakan objek ketiga paling terang di langit karena memantulkan kembali cahaya matahari ke Bumi. Untuk mengamati ISS akan lebih terlihat jelas setelah matahari tenggelam, pada saat itulah kita dapat melihatnya dengan mata telanjang.
Mencari spot lokasi ISS di langit merupakan permasalahan mendasar yang awal mulanya sulit dipecahkan, namun masalah itu akhirnya sudah terjawab. National Aeronautics and Space Administration (NASA) lembaga milik Amerika Serikat ini meluncurkan situs yang dirancang khusus untuk membantu Anda yang ingin melihat stasiun tersebut. Situs itu bernama "Spot the Station". Dari situs inilah, kita bisa melihat informasi lokasinya diseluruh dunia beserta waktu kemunculan ISS di wilayah kita. Jadi, yang ingin melihat ISS dapat langsung mengunjungi situs tersebut serta mengetikkan lokasi dan tinggal cocokan saja kapan stasiun akan melintas di wilayah kita. (dikutip dari: sains.kompas.com/read/8-9-2018).
Kabar kemunculan ISS akan melintasi langit Indonesia selama kurun waktu sepekan (16-21 Mei 2020) yang bisa dilihat dengan mata telanjang disampaikan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melalui akun Instagram @pussainsa_lapan, terbaca oleh Muhammad Nurul Huda mahasiswa angkatan tahun 2018 kelas B program studi Hukum Keluarga Islam (HKI). Huda mahasiswa asal dari Jepara ini kemudian mengabarkan ke teman-temannya, selain itu dia juga berkomunikasi tentang hal tersebut kepada Sayful Mujab, MSI. dosen ilmu Falak Fakultas Syariah IAIN Kudus.
Bagai gayung bersambut, selain memperoleh keterangan lengkap, Huda dkk juga dipersilakan jika ingin melihat penampakan ISS Zarya dari langit sekitar kediaman Mujab di desa Tigajuru, Mayong, Jepara. “maksud saya mempersilakan mahasiswa yang ingin melihat penampakan ISS Zarya di langit Indonesia dari dekat tempat tinggal adalah supaya bisa memberikan keterangan langsung secara lebih jelas, terutama terkait spot pantauan ISS dan perhitungan waktu yang tepat sehingga bisa dilihat para mahasiswa tanpa alat bantu ataupun dengan menggunakan alat bantu, karena kebetulan saya sudah meminjam Teleskop dari laboratorium falak fakultas syariah” ungkapnya. (KUA.red)